Pangeran Kecilku
Masih teringat jelas tendangan tubuhmu dalam rahimku. Aku sangat menantikan kelahiranmu, kini kau telah lahir namum aku tidak mengasuhmu, merawatmu, selayaknya ibu-ibu lain yang merawat bayinya.
Semula berawal ketika aku pulang sekolah dan periksa ke rumah bidan, periksa bulanan bisa karena aku tidak pernah mengikuti posyandu di desa. Setiap bulan aku rutin periksa ke bidan, kadang ada vitamin yang perlu di mimun atau kadang sekedar menimbang badan dan mengecek detak jantung bayiku. Namum hari ini beda, karena setelah diperiksa dengan nada khawatir bidan mengetakan bahwa denyut jantungnya sudah tidak terdengar lagi, beliau menyarankan untuk memeriksakan segera ke puskesmas untuk di USG, karena hari sudah sore kau mengurungkan niatku besok pagi sambil pergi ke sekolah.
Malam hari aku merasa sangat khawatir, hatiku sakit, dadaku sesak, air mata tak dapat dibendung lagi, manun apa dayaku aku hanya bisa berdoa agar Alloh SWT masih memberikan nyawa untuk anakku. Suamiku sedang pergi ke luar kota, aku menelponnya tapi tidak menceritakan hal tersebut.
Pagi hari pun tiba, aku beraktivitas seperti biasa ke sekolah, saat jam istirahat aku meminta salah satu rekanku untuk mengantarkan ke puskesmas. Perasaan sedih terus mengikutiku setelah di USG bidan mengatakan bahwa ini tidak bisa ditolong lagi dan harus segera dikeluarkan. Aku lemas, air mata ku langsung jatuh, rekanku berusaha menguatkan ku, kemudian aku pulang dan siap siap untuk pergi ke puskesmas lagi dan minta diantar dengan ambulance ke klinik dokter kandungan. Aku tak kuasa menahan tangis saat suamiku menanyakan keadaanku, aku tidak kuasa untuk memberikan kabar lewat telepon, khawatir jika da terguncang disana.
Posting Komentar untuk "Pangeran Kecilku"